Minggu, 06 September 2009

ABSTRAK


Di Kota Kendari pelaksanaan program pemberantasan TB Paru dengan strategi DOTS telah dilaksanakan sejak tahun 1995 namun insidens rate dalam 6 tahun terakhir relatif terus meningkat, tahun 2002 ditemukan insidens rate 45 per 100.000 penduduk, 2003 (57), 2004 (83), 2005 (120), 2006 (147) dan 2007 (52). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko (kepadatan hunian rumah, lamanya kontak serumah, pendidikan, status gizi dan penghasilan keluarga) terhadap kejadian TB Paru di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kendari 2008.

Metode penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan case control study. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non random purpose sampling, sampel penelitian dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 90 responden dan kelompok kontrol sebanyak 90 responden yang dimatching umur, jenis kelamin, dan kecamatan. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis Odds Ratio (OR).

Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa kepadatan hunian rumah dengan OR=1.873 (95% C.l.1.037 – 3.385), lama kontak serumah dengan OR = 6.270 (95% C.l.1.758 – 22.360), pendidikan dengan OR = 2.299 (95% C.l.1.255 – 4.212), status gizi dengan OR = 19.429 (95% C.l.7.201 – 52.416), dan penghasilan keluarga dengan OR = 3.135 (95% C.l.1.705 – 5.762) merupakan faktor risiko kejadian TB paru di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2008. Hasil uji multivariat menunjukkan faktor risiko yang paling besar terhadap kejadian TB Paru adalah status gizi dengan OR=21.171.

Saran, semua penderita TB paru BTA (+) harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kontak, meningkatkan penyuluhan mengenai faktor risiko kejadian TB paru, penemuan penderita dengan active case finding, dan perbaikan gizi masyarakat

ABSTRAK


Masih tingginya prevalensi balita kurang gizi diakibatkan kurangnya penggunaan ASI dan rendahnya kualitas MP-ASI. Salah satu cara meningkatkan kualitas MP-ASI adalah dengan fortifikasi zat gizi mikro. Sprinkle Taburin adalah multivitamin-mineral yang mengandung 15 macam vitamin dan mineral yang berbentuk bubuk.

Tujuan penelitian ini menilai besar pengaruh pemberian taburin zat gizi mikro terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi 6-12 bulan. Jenis rancangan yang digunakan double blind pre-post test control group design.

Setelah pemberian sprinkle taburin selama 90 hari menunjukkan bahwa rerata peningkatan nilai z-score BB/U kelompok intervensi (laki-laki -0,20±0,38; perempuan -0,24±0,40) lebih tinggi dibanding kontrol (laki-laki -0,36±0,37; perempuan -0,38±0,39), sedangkan rerata peningkatan nilai z-score PB/U kelompok intervensi (laki-laki -0,45±0,41; perempuan -0,47±0,48) lebih rendah dibanding kelompok kontrol (laki-laki -0,43±0,49; perempuan -0,35±0,36) dan rerata peningkatan nilai z-score BB/PB kelompok intervensi (laki-laki -0,07±0,57; perempuan -0,1±0,49) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (laki-laki -0,32±0,62; perempuan -0,4±0,53). Untuk perkembangan motorik lebih baik pada kelompok intervensi (22,8±16,0%) dibanding kelompok kontrol (1,3±14,5%) dengan nilai p value=0,000.

Kesimpulannya, sprinkle taburin tidak memberi dampak yang nyata terhadap pertumbuhan pada bayi dengan kondisi asupan gizi yang kurang namun berdampak nyata terhadap perkembangan motoriknya. Disarankan pemberian sprinkle taburin lebih dari 90 hari dan diharapkan adanya penelitian lanjut untuk menentukan waktu efektif pemberian sprinkle taburin.

Minggu, 30 Agustus 2009

ABSTRAK

Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak terhadap kesakitan dan kematian ibu. Menurut ahli kandungan Wiknjosastro, kesakitan akibat abortus yang dilakukan secara tak aman masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum mendapat perhatian. Hal ini termasuk sepsis, pendarahan, perforasi rahim, dan trauma serviks yang sering menyebabkan kerusakan fisik yang menetap, kesakitan kronis, infertilitas dan kelainan psikologi.
Di Sulawesi Selatan dilaporkan bahwa pada tahun 2003, kasus abortus sebesar 3.499 kasus. Sedangkan jumlah kejadian abortus di Makassar Terutama di RS Pelamonia dari Bulan Juli 2007 – Mei 2008 adalah 270 kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus pada pasien rawat inap di RS Pelamonia Makassar.
Penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Sampel adalah sebagian dari populasi yang terplih sebagai sampel, yang jumlahnya diperoleh dari rumus besar sampel, yang dipilih secara Purposive Sampling dengan pertimbangan sampel yang diambil mempunyai data yang lengkap tentang Usia Ibu, Paritas, dan Jarak Kehamilan. Jumlah sampel 270 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Umur Ibu dan Jarak Kehamilan berhubungan dengan kejadian abortus, sedangkan paritas menunjukkan tidak ada hubngan dengan kejadian abortus.
Dari hasil penelitian diharapkan agar Ibu Hamil yang mempunyai umur dan jarak kehamilan yang berisiko pada masa kehamilannya agar melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan sedini mungkin untuk mendeteksi adanya kelainan – kelainan yang timbul akibat dari kehamilan tersebut. Salah satu upaya untuk menurunkan kejadian abortus adalah dengan melakukan pengaturan kehamilan dengan menunda kehamilan pertama sampai pada usia ideal melahirkan 20 – 35 tahun.

;;